Terlahir dari orang tua yang sederhana Erik merupakan bungsu
dari 3 bersaudara. Ayahnya dulu berjualan nasi goreng keliling, sedangkan
ibunya membuka usaha menjahit. Meski hanya sebagai penjahit namun beliau mampu
menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang yang tinggi. Hanya Erik sendiri yang
tidak sampai perguruan tinggi, bukan karena tidak mampu mengikuti pembelajaran
di sekolah, seperti yang diceritakan ibunya di video #does Story from My Mom
(eps 57) Erik merupakan anak yang jenius, Ia selalu mengejar mimpinya sendiri
dan tidak suka dipaksa terhadap suatu pilihan. Hal itu terbukti ketika ia
memilih keluar dari sekolah musik yang mengharuskan Ia bermain terompet yang
bukan passionnya.
Semasa kecil Erik Kristianto menghabiskan hari-harinya di
kota Surabaya, yang berdekatan dengan sungai berantas. Tentu tak jarang Ia
bermain-main di sekitar aliran sungai berantas meski dilarang keras oleh ayahnya,
bahkan ia sering dihajar karena hal itu, apalagi Erik terkenal dengan
mbelingnya yang keliwat batas seperti yang diceritakan ibunya pada Does episode
57 “Story from My Mom”. Pernah suatu ketika Ia hampir tenggelam karena
terperosok ke sungai berantas yang dalam, sebab Ia belum bisa berenang kala itu.
Untungnya ada anak kecil yang menarik tangannya dari derasnya arus sungai
berantas, akan tetapi sebelum Ia berterimakasih dan menanyakan siapa namanya,
anak kecil tersebut sudah pergi. Tentu kita juga perlu berterimakasih kepada
malaikat kecil penolong tersebut, sehingga kita tidak kehilangan tokoh
inspiratif pada sosok Erik Kristianto.
Saat menginjak bangku SMP Erik mulai mandiri, Ia berpisah
dengan keluarga untuk meneruskan sekolahnya di Solo. Di sana Ia tinggal di
gereja Kristen, di tempat itu pula Erik mulai mengenal musik dan belajar
tentang musik, bahkan hingga semua alat musik bisa ia mainkan. Walaupun tetap
saia Ia tidak pernah merasakan tampil bermain musik, karena Ia hanya sebatas menjadi
second player, tak jarang Ia juga sebagai operator. Setelah selesai SMP Erik
melanjutkan sekolah di SMM(Sekolah Menengah Musik) Yogyakarta untuk mengejar
mimpinya sebagai bassist. Walau sempat kabur dari Solo ke Jogja untuk
memperdalam kemampuannya dalam bermusik tetapi Erik akhirnya didukung oleh
ibundanya, bahkan sampai-sampai ibunya menyuruh telinganya diberi tindik agar
seperti artis(Andrea Hehanusa). Kemudian ayahnya menindik salah satu telinganya
dan dipasang anting dari perak. Setelah beberapa saat bersekolah di SMM Erik
memutuskan keluar dari sekolah, sebab Ia tidak mau bermain terompet sesuai
arahan Ibu Gurunya(Bu Soekamti), karena Ia merasa terompet bukanlah dirinya, Ia
tetap kukuh ingin menjadi bassist. Dari sini awal mula perjalanan Erik
Kristianto hingga dikenal banyak orang sebagai Erix Soekamti.
Sampai disini dulu cerita yang saya tahu dan bisa saya tulis
mengenai Erik Kristianto, nantikan tulisan saya selanjutnya. Mohon maaf apabila
ada kesalahan dalam susunan cerita, tata bahasa, maupun penulisan. Saya sangat
menunggu kritik serta saran dari pembaca untuk menyempurnakan tulisan ini.
Terimakasih.
“Mandiri
Dalam Bekerja Merdeka Dalam Berkarya”
Komentar
Posting Komentar